
Bahaya Mikroplastik: 3 Jalur Masuknya ke Tubuh, Jejaknya Ditemukan di Ketuban dan Urin
- Sebuah penelitian yang dilansir IPB University mengungkap temuan mengejutkan: mikroplastik telah ditemukan dalam cairan ketuban dan urin ibu hamil. Para ahli menilai paparan partikel plastik ini berpotensi mengganggu kesehatan ibu dan perkembangan janin sejak dalam kandungan.
Ekonomi & Pariwisata
JAKARTA — Penelitian terbaru mengungkap temuan yang cukup mengkhawatirkan, yaitu mikroplastik kini diketahui telah masuk ke dalam tubuh manusia, bahkan ditemukan pada cairan ketuban (amnion) serta urin ibu hamil.
Menurut dr. Ganot Sumulyo, SpOG, dosen Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran IPB University, hasil ini harus menjadi perhatian serius. Ia menjelaskan bahwa ada tiga jalur utama yang membuat mikroplastik dapat masuk ke tubuh ibu hamil.
- Cara Cek Spotify Wrapped 2025 dan Membagikannya ke Story Instagram
- Alasan Kuat Mengapa Sawit Tidak Bisa Gantikan Peran Ekologis Hutan
- 5 Hal yang Akan Terjadi pada Tubuh Anda Jika Minum Soda Diet Setiap Hari
“Pertama lewat udara. Partikel debu dan serat plastik yang terhirup, terutama di kota besar atau ruang tertutup, bisa masuk hingga ke alveolus lalu terbawa ke aliran darah,” ujar dr Ganot dikutip dari laman IPB University, Minggu 30 November 2025.
Jalur kedua adalah makanan dan minuman. Ia menyebut konsumsi air minum dalam kemasan, makanan laut, atau pangan yang dipanaskan dan disimpan dalam plastik dapat menjadi sumber paparan. Partikel berukuran nano ini dapat menembus lapisan usus dan beredar dalam tubuh.
“Ketiga, lewat penyerapan dari kulit, meskipun porsinya sangat kecil,” tambahnya.
Menurut dr Ganot, plasenta memang dirancang menjadi benteng utama janin. Namun sejumlah penelitian internasional menunjukkan partikel nano tetap bisa lolos dari lapisan pelindung tersebut. Mikroplastik bahkan pernah ditemukan pada plasenta manusia, mekonium, hingga jaringan janin, yang berarti paparan bisa terjadi sejak dalam kandungan.
Ia menjelaskan, paparan mikroplastik berpotensi memicu peradangan, stres oksidatif, dan mengganggu aliran nutrisi pada plasenta. Penelitian pada hewan juga menunjukkan adanya risiko seperti berat lahir rendah, gangguan pertumbuhan, hingga perubahan perkembangan organ.
“Selain partikelnya, zat kimia yang menempel pada plastik seperti phthalates dan BPA juga bisa mengacaukan keseimbangan hormon pertumbuhan dan reproduksi,” terangnya.
dr Ganot menilai gaya hidup modern turut memperbesar risiko. Mulai dari kebiasaan minum air kemasan, konsumsi makanan berbungkus plastik, memanaskan makanan dalam wadah plastik, hingga paparan serat sintetis dari pakaian atau furnitur rumah tangga.
Untuk meminimalkan risiko, ia mendorong adanya riset yang lebih terpadu—mulai dari studi kohort ibu-anak, riset toksikokinetik, penelitian hewan dengan dosis yang lebih realistis, sampai standardisasi metode deteksi mikroplastik. Edukasi kepada tenaga kesehatan dan masyarakat menurutnya juga penting agar upaya pencegahan bisa dilakukan secara bertahap.
“Pada akhirnya, kita perlu lebih bijak menggunakan plastik, terutama bagi ibu hamil. Mikroplastik bukan lagi sekadar isu lingkungan, tetapi sudah menjadi tantangan kesehatan reproduksi yang harus diantisipasi,” tutupnya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Ananda Astri Dianka pada 30 Nov 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 02 Des 2025
