
Berawal dari Kebakaran, Jorong Tabek Jadi Kampung Berseri Astra
- “Waktu itu, umumnya menolak karena takutmengharap sesuatu yang tidak bisa diberikan. Padahal mereka itu karena kurang tahu saja, sebetulnya”
Ekonomi & Pariwisata
sumatrakini.com - Berawal dari peristiwa kebakaran besar di dusunnya, Jorong Tabek akhirnya menjadi Kampung Berseri Astra (KBA). Peristiwa ini terjadi ketika Astra memberikan bantuan kepada masyarakat setelah Rumah Pintar di wilayah tersebut terbakar beberapa tahun lalu. Dari kejadian itu, komunikasi antara pihak Astra dan warga mulai terbangun hingga pada 2016 Jorong Tabek ditetapkan sebagai kampung binaan Astra.
Rumah Pintar KBA Jorong Tabek merupakan salah satu bentuk dari program binaan sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) oleh perusahaan Astra. Bangunan panggung berukuran 4x20 meter yang dibangun secara gotong royong oleh masyarakat sejak 2019 ini awalnya berfungsi sebagai pusat literasi dan berbagi pengetahuan. Kini, tempat tersebut menjadi simbol desa wisata budaya-edukasi sekaligus pusat inovasi pengelolaan sumber daya alam dan limbah.
Namun, sebelum masa itu, ada perjuangan dari Kasri Satra, Ketua KBA Jorong Tabek, dalam meyakinkan masyarakat desanya yang saat itu masih ragu terhadap program ini.
- Waspada! Gagal Hati pada Anak Muda Kian Marak, Ini Kata Ahli
- 7 Kreator Keuangan yang Paling Diminati Anak Muda Generasi Z
- Daftar Film Animasi dengan Box Office Tertinggi di Asia Tenggara, Jumbo Termasuk
“Waktu itu, umumnya menolak karena takut mengharap sesuatu yang tidak bisa diberikan. Padahal mereka itu karena kurang tahu saja, sebetulnya,” ujar Kastri, Kamis (14/8/2025).
Salah satu inovasi yang diadopsi masyarakat selama perkembangannya adalah ekonomi sirkular yang dijalankan Sejak 2021 melalui rantai kegiatan produksi gula semut dari nira pohon enau. Limbah produksinya bersama sampah organik warga diolah menjadi pakan maggot, yang kemudian dimanfaatkan sebagai pakan ikan di Kolam KBA.
Pengelolaan maggot ini diintegrasikan dengan bank sampah. Sampah plastik dan logam dijual keluar daerah, sementara hasil penjualan sebagian dikembalikan ke warga dan sisanya digunakan untuk membangun fasilitas desa wisata.

Kolam Ikan KBA juga menjadi bagian dari ekosistem ini, menghasilkan rata-rata Rp5 juta per bulan dari biaya masuk pemancing. Sebagian keuntungan digunakan untuk membantu kebutuhan kesehatan dan pendidikan warga kurang mampu.
Kasri sendiri menyatakan bahwa ide ini hadir dari banyaknya pengalaman mereka mengikuti lomba-lomba, melihat perkembangan di daerah lain, serta melalui refleksi dan musyawarah dengan masyarakat. Dari proses itu, lahirlah kesepakatan untuk mengelola sampah secara terpadu.
Selain menjadi pusat edukasi, Rumah Pintar juga menjadi titik kumpul bagi 90 pelaku ekonomi lokal, mayoritas ibu rumah tangga, untuk berdiskusi dan menguji ide-ide usaha. Tempat ini juga menjadi pusat informasi bagi 45 homestay yang siap menampung wisatawan domestik.
Program ekonomi sirkular ini membawa perubahan signifikan bagi Jorong Tabek yang sebelumnya relatif terisolasi. Kini, kawasan tersebut terbuka bagi wisatawan, memiliki fasilitas homestay, serta mampu memperkuat kemandirian ekonomi warga.
salah satu dampak dari ekonomi sirkuler di KBA Jorong Tabek adalah tersedianya dana beasiswa bagi masyarakat. Sebagian dana berasal dari hasil investasi saham koperasi setempat, yang kemudian dilengkapi dengan dukungan dari Astra. Menariknya, ada pula penerima yang berkesempatan mengikuti pelatihan di Jepang, di mana prosesnya diperantarai oleh para alumni KBA Tabek yang sebelumnya telah menimba pengalaman di negeri tersebut.
"Umumnya dana itu diperoleh dari saham yang ditanam di koperasi yang berada di KBA Tabek, nanti hasilnya sebagian-nya itu yang diperuntukkan untuk penambahan dari beasiswa tersebut," tuturnya.
Perjalanan panjang dari puing kebakaran hingga menjadi desa wisata. ini menjadi bukti bahwa keterbukaan pada inovasi dan kerja sama mampu mengubah wajah sebuah kampung.