
Deteksi Dini Penyakit Ginjal dengan Prolanis
- "Ginjal tidak pernah berhenti bekerja, tetapi sering kali kita lupa menjaganya. Pemeriksaan berkala adalah bentuk penghargaan terhadap organ yang menyaring racun dari tubuh..."
Medan Insight
MEDAN - Memperkuat sistem pencegahan penyakit kronis di Provinsi Sumatera Utara, BPJS Kesehatan Kedeputian Wilayah 1 bersama lembaga penelitian Universitas Sumatera Utara (USU) berkolaborasi meningkatkan deteksi dini Penyakit Ginjal Kronis (PGK), khususnya melalui pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Kota Medan.
Kolaborasi fokus pada peningkatan partisipasi peserta yang dilaksanakan dua kali dalam setahun, mengingat penderita diabetes melitus dan
hipertensi merupakan kelompok utama yang berisiko tinggi mengalami kerusakan ginjal. Langkah ini sejalan dengan komitmen pemerintah mewujudkan pelayanan kesehatan yang komprehensif, baik itu preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
Peneliti USU sekaligus Ketua Umum Persatuan Dokter Keluarga
Indonesia (PDKI), Isti Ilmiati Fujiati menyampaikan, pemeriksaan Prolanis dua kali dalam setahun memiliki dasar ilmiah yang kuat untuk memastikan ketepatan diagnosis dan intervensi dini terhadap gangguan fungsi ginjal.
- Pemberdayaan Desa Jadi Fokus BRI Lewat Program 4.909 Desa BRILiaN
- Dampak Positif KUR BRI Terasa Nyata, Omzet UMKM Naik Drastis
- Forwakes dan RS Columbia Asia Medan Gelar Seminar ‘Piring Makanku, Cermin Gizi Seimbang Keluarga Indonesia’
“Hasil pemeriksaan pertama sering dipengaruhi faktor sementara seperti dehidrasi, penggunaan obat tertentu, infeksi saluran kemih atau fluktuasi tekanan darah dan gula darah. Pemeriksaan kedua setelah tiga sampai enam bulan menjadi penentu untuk memverifikasi apakah terjadi gangguan fungsi ginjal yang persisten,” kata Isti, Selasa (11/11/2025).
Isti menjelaskan, kolaborasi tidak hanya fokus pada aspek klinis, juga
mengintegrasikan pendekatan edukasi dan perubahan perilaku melalui inisiatif Prolanis Jempol. Sebuah model intervensi berbasis bukti yang dikembangkan tim peneliti USU bersama peserta Prolanis dari sejumlah Puskesmas dan klinik di Kota Medan.

Pihaknya mengenalkan pendekatan 7 Keterampilan Perilaku
Perawatan Diri atau 7 Skills Self-Care Behavior yang melibatkan keluarga dalam proses pendampingan. Meliputi: pola makan sehat, aktivitas fisik teratur, pemantauan gula darah mandiri, kepatuhan minum obat, pemecahan masalah kesehatan, manajemen stres serta upaya pengurangan risiko komplikasi.
Hasil awal penelitian menunjukkan peserta yang aktif mengikuti kelas edukasi, menerapkan keterampilan perawatan diri, serta menjalani pemeriksaan berkala secara konsisten, mengalami stabilitas fungsi ginjal yang lebih baik, penurunan tekanan darah dan gula darah, serta perlambatan progresivitas kerusakan ginjal.
Deputi Direksi Wilayah 1 BPJS Kesehatan Nuim Mubaraq menyampaikan, Prolanis menjadi fondasi penting upaya deteksi dini berbagai penyakit termasuk PGK. Program tersebut menyediakan rangkaian layanan komprehensif yang mencakup pemeriksaan laboratorium (urine dan kimia darah), pemantauan parameter klinis (tekanan darah, gula darah), konsultasi dengan tenaga kesehatan, edukasi kesehatan, serta aktivitas fisik terstruktur seperti senam Prolanis.
“Prolanis bukan sekadar rangkaian pemeriksaan rutin. Ini intervensi menyeluruh yang dirancang untuk mencegah komplikasi berat, termasuk gagal ginjal stadium akhir yang memerlukan hemodialisis. Sayangnya, masih banyak peserta yang hadir pada pemeriksaan pertama, namun tidak kembali pada sesi lanjutan. Padahal, pemeriksaan kedualah yang
memberikan gambaran klinis yang valid untuk pengambilan keputusan medis selanjutnya,” ucapnya.
Nuim menekankan bahwa seluruh biaya pemeriksaan Prolanis dijamin program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), tanpa beban tambahan bagi peserta.
“BPJS Kesehatan memastikan akses layanan ini ditanggung sepenuhnya tanpa biaya tambahan bagi seluruh peserta JKN,” tegasnya.

Dia berharap kolaborasi memberi dampak jangka panjang yang signifikan seperti penurunan kejadian gagal ginjal terminal, peningkatan
kualitas hidup penderita penyakit kronis, efisiensi belanja kesehatan nasional, serta peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pencegahan berbasis deteksi dini.
“Kolaborasi antara penyelenggara JKN dan lembaga pendidikan tinggi menjadi salah satu sinergi memperkuat fondasi sistem kesehatan kita. USU menyediakan keilmuan dan riset berbasis bukti, BPJS Kesehatan menyediakan akses dan pendanaan, sedangkan fasilitas kesehatan menjadi garda terdepan dalam pelaksanaan di lapangan,” ujar Isti.
Masyarakat Sumut, khususnya peserta JKN dengan diagnosis diabetes dan hipertensi, diimbau memanfaatkan fasilitas Prolanis secara aktif dan konsisten di FKTP tempat mereka terdaftar. BPJS Kesehatan menyediakan fasilitasnya, USU menyediakan keilmuannya, kini masyarakat diharap menjadi pihak yang mengambil langkah nyata.
"Ginjal tidak pernah berhenti bekerja, tetapi sering kali kita lupa menjaganya. Pemeriksaan berkala adalah bentuk penghargaan terhadap organ yang menyaring racun dari tubuh. Mari jadikan Prolanis benteng pertama dalam menjaga kesehatan jangka panjang,” pungkas Isti.
