Pembukaan pelatihan peningkatan kapasitas promosi imunisasi berbasis media sosial
Medan Insight

Era Digital, Kampanye Imunisasi Ikut Bergerak di Media Sosial

  • “Dinas Kesehatan itu sebenarnya objeknya, ya... GHS membantu kami lewat pelatihan dan pembuatan konten yang sebelumnya sudah disiapkan...”
Medan Insight
Fatimah Siregar

Fatimah Siregar

Author

MEDAN - Imunisasi kini tak hanya urusan ruang tunggu Puskesmas. Di era digital ini, kampanye kesehatan ikut bergerak dinamis di dunia maya. Selama dua hari, 15-16 Juli, tenaga kesehatan dari 28 kabupaten dan kota di Sumatra Utara dikumpulkan untuk satu misi: belajar bikin konten imunisasi yang relate, lokal dan powerful di media sosial.

Pelatihan digelar atas kolaborasi Direktorat Imunisasi dan Promosi Kesehatan Komunitas Kemenenterian Kesehatan bersama Global Health Strategies (GHS). Dua Puskesmas di Kota Medan yakni Helvetia dan Amplas, jadi pilot project, hasilnya mulai terlihat.

“Dinas Kesehatan itu sebenarnya objeknya, ya... GHS membantu kami lewat pelatihan dan pembuatan konten yang sebelumnya sudah disiapkan. Ini betul-betul jadi warna baru buat kami,” kata Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Sumut Novita Rohdearni Saragih, Selasa (15/7/2025) usai membuka pelatihan.

Menurut Novita, capaian imunisasi dasar lengkap di Sumut sudah di atas 58 persen di sebagian besar wilayah. Sumut bahkan berada di posisi kelima nasional dalam cakupan imunisasi. Targetnya tak berhenti di angka. Ada pekerjaan rumah soal awareness dan perubahan sikap masyarakat.

Kampanye tak hanya soal unggahan. Ganendra Awang Kristandya, Senior Director GHS untuk Indonesia dan ASEAN menegaskan, proyek bertajuk Vax Social ini menyasar perilaku masyarakat lewat platform yang akrab mereka buka setiap hari.

“Rata-rata orang Indonesia menatap layar selama lebih dari tujuh jam sehari. Kenapa tidak kita isi layar itu dengan konten imunisasi yang akurat?” ujarnya.

Sejak dimulai, lebih dari 150 konten digital telah disebar melalui kanal resmi Dinas Kesehatan Medan dan dua Puskesmas. Hasilnya, lebih dari 8 juta akun terjangkau.

GHS juga membentuk WhatsApp Group Ibu Pandai, ruang diskusi daring bagi para ibu untuk berbagi info kesehatan langsung dari tenaga profesional. Data awal menunjukkan, setiap tiga informasi yang dibagikan, satu ibu menunjukkan minat baru untuk mengimunisasi anaknya.

Senior Advisor GHS Anung Sugihantono menambahkan, pendekatan lokal jadi kunci. “Yang menentukan imunisasi anak bukan cuma ibunya. Di Medan beda dengan Langkat, di Bitung beda dengan Manado. Itulah kenapa pesan-pesan ini harus dikemas secara lokal,” katanya.

Dalam pelatihan, para peserta diajak memilih platform yang tepat: Facebook, WhatsApp, Instagram, hingga X (dulu Twitter) sesuai karakter masyarakat di wilayah masing-masing.

Ke depan, GHS dan Kemenkes akan membagikan alat ukur efektivitas kampanye berbasis media sosial. Ini penting, kata Anung, agar promosi kesehatan tidak lagi dianggap sekadar cuap-cuap tanpa hasil.

“Kita harus bisa buktikan bahwa kampanye di medsos berdampak langsung pada peningkatan imunisasi. Kalau jalannya benar, hasilnya bisa diukur,” katanya.