Baliview

Hayya, Film yang Mengetuk Empati untuk Palestina

  • Hayya, Film yang Mengetuk Empati untuk Palestina

Baliview
Fatimah Siregar

Fatimah Siregar

Author

MEDAN – Rahmat, jurnalis lepas asal Indonesia merasa berat untuk pulang dan meninggalkan Palestina. Pasalnya, selama bertugas dan menjadi relawan, dia bertemu dengan anak yatim piatu bernama Hayya. Selalu menghabiskan waktu bersama membuat keduanya memiliki ikatan batin yang kuat. Tak sanggup berpisah, Hayya menyembunyikan diri di dalam koper Rahmat, ikut ke Indonesia.

Bermula dari kejadian ini, alur cerita kemudian berkisah tentang kompleksitas usaha Rahmat dalam melindungi dan mempertahankan Hayya agar tidak kembali ke Palestina. Begitulah sepenggal kisah dari Film berjudul Hayya: The Power of Love 2 yang ditonton bareng Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi dalam rangka Spirit Muharram For Palestine di CGV Focal Point Medan.

Menurut Edy, banyak inspirasi yang bisa dipetik. Salah satunya yang menggugah kesadaran untuk meningkatkan perhatian dan kepedulian kepada sesama umat Islam, khususnya yang sedang mengalami kesusahan dan tertindas seperti Palestina.

"Kita bisa berdoa, kita doakan. Kita kirimkan bantuan berupa materi kepada masyarakat Palestina. Insya Allah seperti tokoh Rahmat dalam film itu, dengan kasih sayang dan cinta kita terhadap saudara di Palestina. Apapun bentuknya yang bisa meringankan derita mereka khususnya anak-anak, kasihan sekali..." ucapnya, Jumat (20/9/2019).

Istri Edy, Nawal Lubis mengaku terkesan dengan pesan yang disampaikan. Katanya, kasih sayang dan rasa kemanusiaan tidak pandang bulu. Seperti tokoh Rahmat yang diperankan Fauzi Baadilla, melindungi dan merawat Hayya yang tidak memiliki hubungan darah atau relasi dengannya.

"Sifat-sifat terpuji yang semoga ditiru oleh generasi muda kita. Lebih peka dan peduli lagi dengan orang-orang yang kurang beruntung dengan kita," harapnya.

Ketua Relawan Perempuan Pembangunan Masjid Agung Sumut (RPPMAS) Sonda Sari Batubara selaku penyelenggara kegiatan mengatakan, film dan nobar menjadi momentum masyarakat Sumut untuk meningkatkan kembali perhatian kepada nasib saudara-saudara muslim di Palestina.

"Film ini bercerita tentang anak Palestina yang trauma dengan kehilangan keluarga dan gejolak perang. Semoga dengan nobar ini, kita lebih memahami apa yang mereka alami, lebih berempati, dan tergerak memberi bantuan," katanya.

Hayya adalah spin off (ceritanya terpisah), bukan sequel (kelanjutan), artinya tanpa menonton Film 212 The Power of Love sekalipun, kita akan tetap nyambung dengan cerita. Jika pada 212 The Power of Love dikisahkan tentang Rahmat wartawan yang apatis terhadap Islam justru menemukan hidayah saat meliput aksi 212, maka Film Hayya berkisah tentang Rahmat yang sudah insyaf menjadi relawan kemanusiaan di Palestina.

Di Palestina ia bertemu dengan gadis kecil Hayya yang kedua orangtuanya tewas dibunuh Zionis. Sejak bertemu Hayya hidup Rahmat tercurahkan untuk Hayya sehingga terlibat masalah besar yang bisa menghancurkan masa depannya. Bersama Hayya berarti terlibat masalah, berpisah dengan Hayya bukan solusi yang dipilih Rahmat. Lalu bagaimana ia harus memilih? Saksikan kisahnya di bioskop.