
Kekayaan Alam Sumut dan Aceh Jadi Contoh Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan
- Jejaring CSL telah berdampak pada peningkatan kapasitas petani mandiri hingga perluasan area pemulihan ekosistem hutan di Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Tapanuli Selatan
Medan Insight
MEDAN - Pemangku kepentingan yang tergabung dalam Coalition for Sustainable Livelihoods (CSL) di Provinsi Sumatra Utara dan Aceh kembali berkumpul untuk keempat kalinya dalam pertemuan tahunan. Agenda ini bukan sekadar ajang temu, melainkan ruang untuk memperkuat komitmen kolaborasi, menyatukan langkah dan berbagi cerita keberhasilan dari tingkat tapak.
Ratusan orang hadir dalam acara yang terselenggara atas dukungan kedua provinsi dan Konservasi Indonesia selaku salah satu anggota CSL. Para peserta berasal dari berbagai sektor mulai dari perwakilan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, masyarakat sipil dan akademisi. Mereka memiliki visi yang sama dalam mengembangkan mata pencaharian masyarakat yang ramah lingkungan.
- APLN Panen Kinerja Positif, Penjualan Tumbuh 22,7% di Kuartal Pertama 2025
- IDCloudHost Luncurkan Infrastruktur Server Terbaru untuk AI dan SaaS
- LinkUMKM BRI Jadi Jembatan Kesuksesan UMKM Menuju Skala Lebih Besar
Gubernur Sumut Bobby Nasution yang diwakili Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Yuliani Siregar dalam sambutannya menekankan pentingnya kolaborasi para pihak yang dibangun dengan CSL. Katanya, Sumut memiliki kekayaan alam, kehutanan, pertanian dan sumber daya manusia yang besar. Pihaknya menyadari pencapaian tujuan berkelanjutan tidak mungkin dilakukan pemerintah sendiri, perlu kolaborasi dengan pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, akademisi dan komunitas lokal.
"CSL telah membuktikan pendekatan kolaboratif lintas sektor menghasilkan perubahan nyata di lapangan," ucap Yuliani, Selasa (29/4/2025).
Senada dengan hal tersebut, Gubernur Aceh Muzakir Manaf yang diwakili Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Zulkifli bilang, provinsinya dikarunia sumber daya alam yang luar biasa. Salah satunya hutan yang perlu dilestarikan dan pengembangan perikanan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Potensi-potensi yang ada jika dikelola secara bertanggung jawab, bukan hanya mengangkat ekonomi Aceh, juga melestarikan alam untuk generasi mendatang.

"Inilah makna dari kehidupan berkelanjutan, seperti fokus CSL, yang mengintegrasikan pertumbuhan ekonomi, perlindungan lingkungan dan keadilan sosial,” kata Zulkifli.
Diinisiasi sejak 2018, CSL menjadi wadah jejaring dan mitra strategis mencapai tujuan bersama melalui pendekatan bentang alam. Bekerja di Sumut dan Aceh, koalisi ini mendukung visi pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada pilar konservasi, restorasi, tata kelola dan produksi berkelanjutan.
CSL Lead Edward Manihuruk mengapresiasi jejaring dan mitra strategis yang berkontribusi mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan di kedua provinsi sepanjang 2024. Menurutnya, jejaring CSL telah berdampak pada peningkatan kapasitas petani mandiri hingga perluasan area pemulihan ekosistem hutan di Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Tapanuli Selatan.
"Dua kabupaten itu menjadi pilot kegiatan jejaring CSL,” katanya.
Vice President Program Konservasi Indonesia Fitri Hasibuan menambahkan, kolaborasi lintas sektor dalam satu jurisdiksi yang difasilitasi CSL menunjukkan pembangunan berkelanjutan bukan sekadar wacana, tetapi sesuatu yang dapat diwujudkan secara nyata.
“Selama ini, kita melihat hasil nyata dari kerja bersama. Mulai dari petani kecil yang mendapat pelatihan, lahan yang dipulihkan dan komunitas yang mulai mandiri secara ekonomi tanpa merusak lingkungan," ucapnya.
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, lanjut Fitri, bersama Konservasi Indonesia dengan dukungan Unilever di wilayah tersebut telah memfasilitasi 803 petani mandiri memperoleh sertifikasi sawit berkelanjutan. Berkontribusi dalam peningkatan penerapan praktik budi daya lestari di lahan seluas 1.186,87 hektar.
Lebih dari itu, anggota CSL mencatat berbagai pencapaian penting, di antaranya pembentukan Labor Working Group untuk mendorong perbaikan isu ketenagakerjaan di sektor sawit. Pelaksanaan dialog multipihak yang menjangkau hampir 300 peserta dari berbagai sektor, pertukaran pembelajaran antar kabupaten untuk memperkuat praktik pertanian regeneratif bagi petani sawit rakyat. Salah satu isu ketenagakerjaan sektor sawit yang lahir dari jejaring CSL adalah dokumen Rekomendasi Koalisi Buruh untuk Mata Pencaharian Berkelanjutan.
"Dokumen ini mendorong pemenuhan hak-hak buruh, mempromosikan citra positif buruh di industri sawit, menjembatani kepentingan stakeholder untuk mendukung pengembangan keberlanjutan industri sawit di Sumut dan Aceh,” timpal Edward.

Pertemuan kali ini, CSL memberi apresiasi kepada individu dan kelompok masyarakat yang menunjukkan komitmen menjaga kelestarian alam di tingkat tapak. Penghargaan ini menjadi simbol pengakuan atas peran penting masyarakat dalam mengembangan ekonomi berbasis alam dengan tetap menjaga prinsip pelestarian.
Tiga tokoh masyarakat yang menerima penghargaan adalah: Kholis Siregar dari UD Sobar di Kabupaten Tapanuli Selatan yang aktif dalam budi daya sawit berkelanjutan. Tampan Sitompul dari Simardangiang, Kabupaten Tapanuli Utara, atas kontribusinya menjaga hutan adat dan pengetahuan lokal. Datok Ardan, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) 27 di Aceh Tamiang yang berhasil mengembangkan ekowisata sebagai bagian dari pelestarian Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).
Edward mengatakan, apresiasi tersebut tidak hanya penghargaan, juga inspirasi bagi para peserta untuk terus memperkuat aksi kolektif dari tapak, bahwa perubahan besar seringkali dimulai dari tindakan kecil yang konsisten di komunitas. Dirinya mengajak seluruh pihak untuk tidak berhenti pada seremoni dan diskusi, tetapi terus melangkah dengan aksi nyata.
“Mari jadikan lanskap Aceh dan Sumut contoh bagaimana pembangunan bisa sejalan dengan perlindungan alam. CSL terbuka untuk siapa saja yang ingin bergabung dan bergerak bersama. Dengan semangat kolaborasi lintas sektor, jejaring terus melangkah maju, menguatkan komitmen bahwa masa depan yang sejahtera dan berkelanjutan hanya dapat terwujud jika dijalankan bersama,” tuntasnya.