
Kopi Simalem, Buah Organik di Balik Perbukitan Danau Toba
Eddy bilang, kopi Simalem yang mereka kembangkan saat ini masih jenis Arabika varian Sigararutang. Mereka berencana menaman varian lain seperti Gayo dan Andongsari. Varian Sigararutang ditanam secara organik di ketinggian 1.500 mdpl
Ekonomi & Pariwisata
MEDAN - Zona produksi kopi berkualitas tinggi ada di kawasan Danau Toba, salah satu destinasi wisata internasional di Indonesia yang tidak hanya menawarkan pemandangan alam. Beragam varietas tumbuh subur di tujuh kabupaten yang mengelilinginya. Setiap daerah memiliki karakter khas, sebut saja Sigararutang, Lintong, Doloksanggul, Sidikalang, Samosir dan lainnya. Umumnya, kopi yang ditanam jenis Arabika.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas kebun kopi Arabika di kawasan Danau Toba seluas 71.955 hektare, sementara kopi Robusta hanya 19.416 hektare. Kopi jenis Arabika merupakan kopi dataran tinggi yang tumbuh subur di kawasan pegunungan dengan ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Kopi ini tidak hanya terkenal di Sumatera Utara, bahkan diminati pecinta kopi dunia karena rasanya lebih halus, manis dan aromanya lebih variatif. Dalam buku The Little Coffee Know it All yang ditulis Shawn Steiman disebutkan bahwa kopi yang tumbuh pada ketinggian lebih dari 800 mdpl diakui memiliki karakter rasa yang berbeda seperti tingkat keasaman, aroma dan cita rasa yang lebih bervariasi.
General Manager Taman Simalem Resort (TSr), Eddy Tanoto mengatakan, jika sering menemukan kopi dengan cita rasa yang bervariasi seperti buah-buahan tropis, berries, orange, coklat, kacang dan varian rasa lainnya, kemungkinan besar kopi tersebut ditanam di dataran tinggi. Untuk kopi yang ditanam di ketinggian lebih rendah, memiliki tingkat keasaman yang lebih rendah dan karakter rasa yang lebih sedikit.
Menurutnya, trend masyarakat menanam kopi di wilayah pegunungan Bukit Barisan, Sumatera Utara, saat ini semakin meningkat. Di dataran tinggi Karo misalnya, petani jeruk sudah beralih ketanaman kopi pasca erupsi Gunung Sinabung di 2010. Karo merupakan salah satu daerah penyangga kawasan wisata Danau Toba. Salah satu varian kopi Arabika yang banyak diminati adalah Sigararutang.
"Dinamai kopi Sigararutang karena petani beranggapan hasil kopinya dapat segera membayar utang modal. Soalnya, waktu tanam kopi ini sangat singkat, berbuah di umur kurang dari dua tahun. Tumbuh subur di ketinggian 700 - 1.700 mdpl. Tanaman kopi di Karo tersebar di seluruh Kecamatan, paling banyak di Kecamatan Merek, salah satunya diproduksi kita," kata Eddy lewat pesan singkatnya, Selasa (9/3/2021).
Eddy bilang, kopi Simalem yang mereka kembangkan saat ini masih jenis Arabika varian Sigararutang. Mereka berencana menaman varian lain seperti Gayo dan Andongsari. Varian Sigararutang ditanam secara organik di areal dengan ketinggian 1.500 mdpl seluas 4 hektare.
Dia menyebut, cita rasa kopi organik yang mereka kembangkan menghasilkan rasa dan karakter yang menakjubkan karena bukan hanya dipengaruhi faktor alamiah seperti ketinggian optimal, tekstur tanah subur alami dan temperature sejuk. Sebab diproses secara profesional mengikuti standar internasional.
“Di kalangan pecinta specialty coffee, kopi yang ditanam di dataran tinggi Danau Toba sudah terkenal menghasilkan karakter acidity, aroma dan flavour yang unik. Banyak dicari, terutama kopi single estate (dari satu kebun) karena karakter rasa dan aroma unik bisa ditelusuri ke estate tersebut,” katanya.
Bupati Karo Terkelin Brahmana menambahkan, sampai 2018, luas areal tanaman kopi di Karo mencapai 9.178,44 hektare dengan produktivitas 1.931,60 kilogram/hektare/tahun. Dirinya yakin, luas areal bisa bertambah, begitu juga produktivitasnya karena meningkatnya penyuluhan pertanian kepada petani, terutama dengan teknik ramah lingkungan. Pertumbuhan ini akan diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani.
“Ini menjadi perhatian kita, 80 persen masyarakat Karo hidup dari sektor pertanian. Peningkatan kesejahteraan petani harus jadi prioritas,” kata Terkelin.
Seiring meningkatnya tanaman kopi petani, produksi kopi di Sumut saat ini cukup baik. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, menunjukkan peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir. Pada 2016 produksi kopi di Sumut sebanyak 65.926 ton, naik 10 persen hingga 72.922 ton di 2020.