Kabid P2P Dinkes Medan dr Pocut Fatimah Fitri mengatakan, campak merupakan penyakit akibat infeksi Virus Morbillivirus
Medan Insight

Kota Medan KLB Kasus Campak

  • "Virus ini dapat menular dengan mudah melalui droplets atau percikan liur dari mulut dan hidung penderita campak, yang keluar ketika batuk, bersin, atau berbicara"
Medan Insight
Fatimah Siregar

Fatimah Siregar

Author

MEDAN - Dinas Kesehatan Kota Medan mencatat Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus campak sepanjang Januari-Mei 2025 mencapai 127 kasus. Jumlah itu meningkat dibandingkan 2024 sebanyak 104 kasus.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Medan, dr Pocut Fatimah Fitri mengatakan, campak merupakan penyakit akibat infeksi Virus Morbillivirus yang ditandai dengan demam, sakit tenggorokan, dan ruam di seluruh tubuh. Infeksi berawal dari saluran pernapasan yang kemudian menular melalui percikan air liur.

"Virus ini dapat menular dengan mudah melalui droplets atau percikan liur dari mulut dan hidung penderita campak, yang keluar ketika batuk, bersin, atau berbicara," kata Pocut, Jumat (4/7/2025).

Menurutnya, salah satu faktor pemicu meningkatnya kasus campak karena minimnya cakupan imunisasi, khususnya di kalangan anak-anak usia sekolah dasar. Rendahnya partisipasi pada program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) turut berkontribusi terhadap lonjakan kasus.

"Minimnya partisipasi imunisasi pada BIAS sangat berpengaruh terhadap KLB ini," ucapnya.

Campak dapat dicegah melalui vaksinasi Campak-Rubella. Untuk itu, Dinkes Medan memperkuat pelaksanaan BIAS tingkat SD dan Madrasah Ibtidaiyah sebagai upaya pencegahan yang berkelanjutan.

Program BIAS digelar dua kali dalam setahun yakni Agustus dan November, dilaksanakan Imunisasi Campak-Rubella untuk siswa kelas 1 SD (usia sekitar 7 tahun). Lalu pada November dilaksanakan imunisasi DT (difteri-tetanus) dan Td (tetanus difteri) untuk kelas 2 SD (usia sekitar 8 tahun). November-Agustus dilaksanakan Vaksinasi HPV bagi siswi kelas 5 SD (usia sekitar 11 tahun).

Untuk mengatasi lonjakan kasus, Dinkes Medan telah menjalankan sejumlah langkah strategis di antaranya meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada orangtua tentang pentingnya imunisasi.

"Mengidentifikasi wilayah zero dose yakni anak-anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi dasar. Mengaktifkan kembali layanan imunisasi di seluruh Puskesmas dan Fasyankes hingga melakukan imunisasi aktif dan jemput bola di daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah," kata Pocut.

Setiap anak memiliki hak atas perlindungan dari Penyakit yang Dapat Dicegah melalui Imunisasi (PD3I). Pocut menekankan, vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional telah terbukti aman dan efektif dalam menekan angka kesakitan dan kematian akibat PD3I.

"Keberhasilan imunisasi memerlukan dukungan kolektif dari semua pihak. Kami juga mendorong penguatan sistem surveilans PD3I untuk memantau upaya eliminasi dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi,” katanya.