
Pendopo Hadirkan Karya Maestro Seni Rupa dengan “Djon & Rose”
- S. Sudjojono adalah seniman Indonesia pertama yang mengenalkan seni rupa modern yang tidak sekadar indah namun sesuai fakta dan realitas yang ada di masyarakat
Nasional & Internasional
hallomedan.co - Pendopo bekerja sama dengan S. Sudjojono Center menghadirkan jenama Djon & Rose, koleksi fesyen dan merchandise dari karya-karya maestro seni rupa Indonesia, Sindudarsono Sudjojono atau S. Sudjojono.
Adopsi karya diluncurkan dalam peragaan busana terbatas di Pendopo Alam Sutera, Tangerang Selatan, Jumat (14/6/2024). Harapannya mendorong kecintaan terhadap karya seni Indonesia sebagai bagian dari warisan budaya bangsa.
S. Sudjojono lahir di Kota Kisaran, Sumatra Utara pada 1913. Meninggal dunia pada 1986 di Jakarta, saat berumur 71 tahun. Sepanjang hidupnya menghasilkan seribu-an karya, termasuk lukisan Pura Kembar yang menjadi salah satu image pada design kali ini dan lukisan berjudul "Pasukan Kita yang Dipimpin Pangeran Diponegoro" (Our Soldiers Led Under Prince Diponegoro) milik kolektor senior Indonesia, berhasil terjual dengan harga tiga kali lipat dari estimasi balai lelang Sotheby's di Hong Kong.
Lukisan tersebut dilelang senilai Rp85 milar, saat itu menjadi rekor penjualan tertinggi di Asia Tenggara. Sesuai dengan gelarnya, S. Sudjojono adalah seniman Indonesia pertama yang mengenalkan seni rupa modern yang tidak sekadar indah namun harus sesuai dengan fakta dan realitas yang ada di masyarakat. Hal ini diwujudkan melalui karya-karya sang maestro yang merekam situasi sosial, politik dan budaya Indonesia di masa lalu.
- IM3 Freedom Internet Kini Lebih Spesial dengan Kuota Harian
- Ingat! Batas Akhir Pemadanan NIK dan NPWP hingga 30 Juni 2024
- Rujak Indonesia Termasuk! Inilah Top 10 Makanan Berbahan Mangga Terbaik Versi Taste Atlas
Semangat ini diungkapkan melalui kredo atau dasar tuntunan hidup “jiwa ketok” atau jiwa yang kelihatan, yang berbunyi: Kesenian itu jiwa ketok. Kalau seorang seniman membuat suatu barang kesenian, maka sebenarnya buah kesenian itu tidak lain dari jiwanya sendiri yang kelihatan. Jadi kesenian adalah jiwa.”
Direktur Pendopo Tasya Widya Krisnadi menjelaskan, upaya pelestarian budaya Indonesia tidak terbatas pada warisan adat saja, karya seni hasil pemikiran seniman masa lalu juga wajib kita lestarikan. Terlebih karya-karya sang maestro tidak hanya indah, namun juga memiliki nilai historis yang merekam keadaan di masa lalu. Pihaknya dengan Djon & Rose mengabadikan karya-karya sang maestro dalam pakaian dan aksesori.
"Harapannya, koleksi ini mendorong anak-anak muda semakin mengapresiasi dan mencintai karya seni seniman Indonesia,” kata Tasya, Jumat petang.

Pendopo merupakan merek usaha Kawan Lama Group yang menjadi rumah UMKM lokal dan telah bekerja sama dengan 250 UMKM di nusantara. Melalui slogan “Ragam Satu Negeri”, Pendopo berperan sebagai ekosistem pendorong pengembangan produk lokal dan pelestarian budaya Indonesia, termasuk karya seni sebagai produk budaya.
Maya Sudjojono, putri bungsu S. Sudjojono dan Rose Pandanwangi selaku Founder Djon & Rose menyambut baik permintaan menghadirkan ekspresi “Jiwa Ketok” S. Sudjojono di Pendopo. Selain karena menjadi ritel modern pertamanya, semangat Pendopo mendorong pelestarian budaya Indonesia sejalan dengan semangat S. Sudjojono Center.
"Harapan kami, hadirnya Djon & Rose di Pendopo semakin mengenalkan karya S. Sudjojono kepada anak-anak muda, generasi penerus bangsa,” ucapnya.
Sebelumnya, Djon & Rose hanya dipamerkan dan pasarkan di S. Sudjojono Center, pusat data dan informasi terkait S. Sudjojono dan maestro seriosa mezzo soprano Rose Pandanwangi, istrinya. Selain itu, koleksi dipasarkan di galeri, museum dan event seni terpilih.
Maya mengungkapkan, jenama Djon & Rose diambil dari panggilan akrab ayah dan ibunya. Logo kuas dan mawar seperti dalam lukisan “Si Optimis”. Ekspresi ini dihadirkan dalam berbagai lukisan yang dicetak ulang di atas pakaian, aksesori dan berbagai merchandise. Pakaian mulai dress, kebaya kutu baru, kemeja, kaos, abaya, pashmina dan scarf. Aksesori seperti tas belanja, tote bag, pouch hingga jam tangan. Hadir pula pilihan merchandise seperti tumbler, buku catatan, buku sketsa, lanyard juga e-money.
Secara khusus Djon & Rose memilih lukisan-lukisan yang memiliki nilai sejarah, seperti Cap Go Meh (1940), salah satu lukisan tertua S. Sudjojono. Kemudian Gerak Baru (1985) dengan warna-warni cerah yang menggambarkan sekelompok wanita muda berdansa dengan gaya dan busana tahun 80-an. Lukisan “Tiga Wanita di Atas Bukit” (1950-1970), dengan Rose Pandanwangi berdiri di tengah. Tak lupa, lukisan “Pura Kembar” (1972) koleksi seorang kolektor yang terjual senilai Rp4 miliar di lelang seni Christie’s pada 2006.
Lukisan-Lukisan karya sang maestro saat ini disimpan sebagai koleksi di berbagai galeri seni. Di Jakarta, khalayak dapat melihat langsung lukisan “Cap Go Meh” di Galeri Nasional Indonesia dan lukisan “Tiga Wanita di Atas Bukit” dan “Seko” di Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta Barat. Lukisan “Gerak Baru” adalah milik senior private collector Indonesia. Lukisan “1st Wedding Anniversary Roses” dan “Kembang Mawar” adalah milik private collector.
